Peran Olahraga dalam Pendidikan Anak
Akhir-akhir ini, berita tentang perilaku negatif anak-anak dan remaja semakin mengkhawatirkan. Dari mulai aksi kekerasan, pelanggaran moral, penggunaan obat-obatan terlarang, kekerasan sesksualitas, hingga kasus pembunuhan seringkali terjadi. Yang lebih menyedihkan lagi, beberapa kasus tersebut dilakukan oleh anak-anak yang masih berusia sangat muda. Kondisi ini tentu membuat banyak pihak merasa khawatir tentang perkembangan generasi muda di Indonesia. Perubahan harus segera dilakukan jika ingin negara ini memiliki generasi penerus yang baik di masa mendatang. Karena itu, harus segera dicari solusi yang mampu memperbaiki keadaan yang sangat berbahaya ini.
Keluarga seharusnya memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Selain di sekolah, lingkungan keluarga adalah lingkungan yang paling banyak dihabisi oleh anak-anak. Karena itu, tumbuh kembang psikis serta mental seorang anak akan sangat dipengaruhi pada apa yang ia rasakan di lingkungan keluarganya. Terlebih pada usia emas perkembangan anak, yaitu sekitar usia 5-10 tahun. Namun perkembangan zaman membuat banyak keluarga lupa akan tugasnya ini. Banyak keluarga hanya memilih jalan pintas dengan bergantung pada teknologi untuk memberikan input kepada anak-anak. Padahal input yang datang dari teknologi adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dikendalikan.
Anak-anak diberikan gadget serta akses internet secara leluasa tanpa adanya batasan yang diberlakukan. Dengan alasan kesibukan, orang tua seolah-olah lepas tangan dan membiarkan anaknya membuka apapun yang ingin ia buka. Kemahiran sang anak mengoperasikan alat-alat elektronik canggih kemudian menjadi keberhasilan semu yang hadir bersama sebuah ancaman besar di belakangnya. Anak-anak pun tumbuh dengan budaya pasif yang tertanam di dalam dirinya. Tidak banyak aktivitas sosial yang ia lakukan karena waktunya habis di depan gadget. Anak-anak malas bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain, karena telah memiliki pergaulan lain yang bersifat maya. Wawasan anak tersebut pun berisi informasi-informas yang liar tak terkendali. Hasilnya, perbuatan-perbuatan negatif pun muncul tanpa ada yang bisa mencegah.
Peran keluarga sangat krusial untuk bisa mengakhiri perkembangan negatif generasi muda saat ini. Keluarga harus bisa kembali menjalankan perannya sebagai pengarah bagi anak pada tahap pertumbuhan. Kedekatan orang tua dengan anak menjadi hal yang penting agar anak-anak tidak tumbuh tanpa arahan. Olahraga bisa dijadikan salah satu cara yang membuat anak-anak memiliki hubungan baik dengan keluarganya. Olahraga merupakan aktivitas yang menyenangkan dan mampu menjadi daya tarik bagi anak-anak. Aktivitas olahraga yang bisa dilakukan bersama antara anak-anak dan orang tua tentu menjadi fasilitas yang baik untuk mempererat hubungan keduanya.
Menurut PBB, ada beberapa hal yang dapat dipelajari melalui aktivitas olahraga. Beberapa hal tersebut adalah cooperation (kerjasama), communication (komunikasi), respect for the rules (menghargai peraturan), problem-solving (memecahkan masalah), understanding (pengertian), connection with others (menjalin hubungan dengan orang lain), leadership (kepemimpinan), respect for others (menghargai orang lain), value of effort (kerja keras), how to win (strategi untuk menang) , how to lose (strategi jika kalah), how to manage competition (cara berorganisasi), fairplay (bermain jujur), sharing (berbagi), self-esteem (penghargaan diri), trust (kepercayaan), honesty (kejujuran), self-respect (menghargai diri sendiri), tolerance (toleransi), resilience (kegembiraan dan keuletan), team-work (kerjasama sekelompok), discipline (disiplin), dan confident (percaya diri). Jepang menjadi salah satu negara yang telah membuktikan peran olahraga dalam membangun generasinya. Pasca perang dunia II, mereka langsung merancang sistem untuk membangun karakter bangsanya. Olahraga dijadikan salah satu fasilitas utama dalam pembangunan ini. Pemerintah Jepang membangun fasilitas-fasilitas olahraga yang bisa digunakan oleh masyarakat. Selain itu, berbagai kegiatan olahraga pun digelar dengan melibatkan anak-anak dan orang tua. Kegiatan olahraga pun akhirnya menjadi kegiatan sehari-hari yang rutin dilakukan oleh anak-anak dan orang tuanya.
Saat ini, melihat anak-anak bermain lempar bola, berlari, atau berenang bersama di Jepang adalah hal yang sangat lumrah. Di tengah kesibukannya, orang tua masih bisa menyempatkan waktunya untuk beraktivitas bersama anak. Pada saat itulah terjalin komunikasi antara anak-anak dan orang tua yang sangat penting bagi pertumbuhan sang anak. Orang tua bisa mendengar apa yang sedang menjadi keluh kesah sang anak. Anak bisa mendengar cerita-cerita menarik dari pengalaman orang tua. Dari situ, anak-anak pun mendapatkan informasi yang seharusnya mereka dapat pada usia mereka. Hasilnya, terbukti kini Jepang menjadi negara yang masuk ke dalam 5 besar negara paling aman di dunia. Bahkan 3 kota di Jepang, Kyoto, Osaka, dan Tokyo, menjadi kota dengan indeks kriminalitas paling rendah di dunia.
Apa yang Jepang lakukan untu membangun karakter bangsanya patut kita contoh. Sudah waktunya kita memberikan waktu kita kepada anak-anak atau adik-adik kita. Hindari anak-anak yang masih sangat muda mengalami ketergantungan gadget. Ajak mereka beraktivitas di luar, bergerak, bermain, dan bersosialisi. Ajak anak-anak untuk berlari di taman, berenang, atau apapun olahraga yang disenangi oleh anak-anak tersebut. Pada saat itulah kita memiliki waktu paling berharga bersama anak-anak yang tidak akan bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun. Karena bagaimanapun pola asuh keluarga sangat penting terhadap tumbuh kembang anak.
Fahmi Hasan, Magister Sport Science, ITB
Share This Post To :
Kembali ke Atas
Berita Lainnya :
- Update Penanganan Covid-19 P.Belitung
- Presiden Jokowi: Kesehatan & pendidikan pondasi hadapi era persaingan
- Pendidikan Moral Bagi Bangsaku
- Ujian Nasional Perbaikan Digabung dengan UN Susulan
- 10 Film Peraih Penghargaan Kemdikbud
Kembali ke Atas